Oleh : Latif Agus Santoso
Hakikat bahasa adalah alat
komunikasi di satu sisi dan pada satu sisi yang lain sebagai alat berfikir.
Untuk itu, peran bahasa Indonesia dalam percaturan keilmuan di Indonesia
memiliki posisi yang strategis. Artinya, kecermatan berbahasa akan mencerminkan
intelektualitas seseorang (Sutejo; 2009).
Bahasa menjadi ciri identitas suatu
bangsa. Melalui bahasa, orang dapat mengidentifikasi kelompok masyarakat,
bahkan dapat mengenali sifat dan kepribadian masyarakat penuturnya. Oleh sebab
itu, masalah kebahasaan tidak lepas dari masyarakat penuturnya. Dalam hubungan
dengan masyarakat Bahasa Indonesia, telah terjadi perubahan, terutama yang
berkaitan dengan tatanan baru kehidupan dunia, perkembangan ilmu pengetahuan
serta ilmu teknologi, khususnya teknologi informasi yang di tahun-tahun
belakangan ini berkembang pesat di masyarakat dunia.
Hal
ini tentu saja menempatkan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris sebagai salah
satu bahasa utama yang digunakan dalam perkembangan teknologi tersebut. Bahasa
yang memiliki posisi strategis untuk dapat mempengaruhi sendi kehidupan
berbahasa pada masyarakat. Gejala munculnya penggunaan bahasa asing dalam acara
resmi, poster di sepanjang jalan, serta produk-produk dalam negeri yang
menggunakan bahasa asing sebagai merek dagangnya.
Tersingkirnya bahasa ibu dalam
kebahasaan masyarakat, dapat menjadi sebuah tolok ukur dimana kemerosotan nilai
Bahasa Indonesia dalam lingkup Bangsa Indonesia itu sendiri. Hal ini menjadikan
Balai Bahasa sebagai motor penggerak kehidupan berbahasa bangsa Indonesia
merasa harus mengambil peran dalam mereformasi kebahasaan masyarakat Indonesia
yang kian hari kian menurun dalam pemahaman serta penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Banyak hal dapat menjadi cermin bangsa kita untuk melihat
sejauh mana kemerosotan bahasa Indonesia.
Pengaturan
pendidikan yang carut-marut dinilai sebagai faktor utama dalam merosotnya nilai
berbahasa Indonesia. Sekolah lebih menekankan mahir berbahasa asing dalam
penerapan kurikulumnya, sehingga sebagai
tumbal dihilangkannya mata pelajaran Bahasa Daerah pada tingkat pendidikan yang
masih dini. Padahal dalam hal ini penggunaan bahasa ibu adalah sebagai tonggak
utama dimana untuk ketercapaian negara yang maju adalah negara yang mampu
menjaga dan menghidupkan bahasa ibu dalam penerapan sehari-hari.
Kemudian
penggunaan bahasa asing khususnya bahasa Inggris yang menjadi bahasa utama yang
digunakan oleh produsen makanan untuk meningkatkan omset penjualannya dinilai
juga dapat menurunkan tingkat kecintaan kita kepada bahasa Indonesia. Orang tua
dan guru lebih senang serta menganggap muritnya pandai jika sudah lancar
menggunakan bahasa inggris dan bahasa asing lainnya, padahal pemahaman tentang
bahasa ibu mereka adalah Nol persen. Hilangnya moral bangsa juga dapat diambil
garis lurus dari hilangnya pengetahuan berbahasa yang benar dikalang masyarakat
Indonesia itu sendiri. Lihatlah disekeliling anda, berapa persen anak muda yang
mampu menggunakan bahasa ibu mereka dengan baik dan benar dalam penerapannya.
Oleh karena itu kita selaku warga
Indonesia, sudah seharusnya tahu dan bisa menggunakan bahasa yang baik dan
benar. Banyak sekali penelelitian yang dilakukan oleh Balai Bahasa, bahwa kesimpulannya
pembelajaran menggunakan Bahasa Ibu dapat berdampak besar dalam penerimaan
siswa dalam menangkap serta memahami pelajaran yang guru sampaikan. Karena
pembelajaran dengan menggunakan bahasa ibu dirasa memiliki kedekatan mental dan
emosi antara pendidik dan peserta didik dalam penyampaian dan penerimaan
pemahaman ilmu yang disampaikan.
Dengan
demikian kita seharusnya dapat mengambil langkah yang benar dalam penggunaan
bahasa yang baik dan benar. Serta seharusnya teman-teman sebagai pendidik lebih
mengedepankan bahasa ibu, sebagai sarana mencerdaskan bangsa. Peran aktif
pemerintah hanya sebagian kecil angan-angan tetapi peran serta masyarakat
adalah penggerak utama keberhasilan cita-cita bangsa untuk menjadi bangsa yang
besar, karena bangsa yang besar adalah
bangsa yang masyarakatnya mampu menggunakan bahasa ibu dengan baik dan benar.
LATIF AGUS SANTOSO
Ketua Himpunan Mahasiswa Penulis (HMP) STKIP PGRI Ponorogo Tahun 2013.
Ketua Himpunan Mahasiswa Penulis (HMP) STKIP PGRI Ponorogo Tahun 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar