31 Agustus 2013

OLIMPIADE SASTRA INDONESIA; MENGISAHKAN MANUSIA

SELAMAT DAN SUKSES
ATAS TERLAKSANANYA "OLIMPIADE SASTRA INDONESIA 2013"
OLEH: HIMPUNAN MAHASISWA PENULIS (HMP) & PERSATUAN MAHASISWA BAHASA DAN SASTRA (PEMBAHASA)

                                        STKIP PGRI PONOROGO                                     
  Jl. Ukel No. 39 Kertosari Babadan Ponorogo 63491 Telp. (0352) 481 841  

# DIKLAT JURNALISTIK
 Mendatangkan penulis tingkat Nasional (Dr.Sutejo, M.Hum.) menjadikan diklat jurnalistik lebih menarik dan inspiratif bagi penulis pemula atau yang memiliki mimpi menjadi jurnalis.








Peserta diklat yang hanya di batasi 150 orang peserta bertujuan untuk memaksimalisasi kegitan agar setiap peserta dapat mendapatkan pendampingan dari Pemateri dan beberapa penulis pendamping.






Antusisme peserta pun dapat dilihat dari keseriusan dalam mengikuti setiap kegiatan dalam diklat jurnalistik yang tergabung dalam rangkaian acara Olimpiade Sastra Indonesia 2013. Bukan hanya materi kejurnalistikan, namun, pada proses ini metode kepenulisan secara langsung dapat dipraktekkan oleh masing-masing peserta.







# Debat Bahasa Indonesia
 Merintis Debat Bahasa Indonesia di kalangan tingkat SMA di Jatim tidak semudah yang dibayangkan. Tak seperti pendahulunya Debat Bahasa Inggris yang sudah barang tentu sangat dikenal oleh semua kalangan pendidikan. Namun, hal tentunya malah menjadi ujung kreatifitas dan sebagai sarana mengasah kemampuan debater dalam Bahasa Indonesia. Tapi, tetaplah kami berani bersuara bahwa kami adalah perintis pertama Debat Bahasa Indonesia Tingkat SMA  di Jawa Timur.
 Inilah prosesi debat antar tim. yang tentunya seru untuk dinikmati.










# Sayembara Cipta Puisi & Cerpen
 Banyaknya peserta sayembara cipta puisi maupun cerpen menjadi salah satu bukti kesuksesan kegiatan ini. Bakat yang apik, bahasa yang indah, penggunaan majas yang pas menjadi salah satu sudut pandang kami bahwa bibit-bibit kepenulisan sebetulnya telah terlahir dari tangan kreatif, serta perenungan peserta kita.



Berikut adalah dimana saat peserta sayembara puisi maupun cerpen sedang melakukan prosesi penjurian (23/8).











# SEBAGIAN DARI PEMENANG (SAYEMBARA & DEBAT)
 Penyerahan Tropy Pemenang Sayembara Cerpen
Oleh Nurel Javissyarqi (Sastrawan asal Lamongan)

Ucapan terima kasih kita haturkan kepada seluruh sponsor yang telah mendukung berlangsungnya Olimpiade Sastra Indonesia 2013.

TERIMA KASIH UNTUK PENGUKIR JEJAK

19 Agustus 2013

OLIMPIADE SASTRA INDONESIA 2013; INFO FINALIS

DIBERITAHUKAN KEPADA FINALIS 10 BESAR SAYEMBARA CERPEN & PUISI, DAN FINALIS 8 BESAR TIM DEBAT BAHASA INDONESIA.


PESERTA LOLOS 10 BESAR, SAYEMBARA CIPTA KARYA PUISI & CERPEN; OLIMPIADE SASTRA INDONESIA 2013 "STKIP PGRI PONOROGO"

FINALIS 10 BESAR CIPTA KARYA CERPEN;
1. ANIK SETIYANINGRUM (SMAN 1 BABADAN)
2. WIJAYANTI EKA YULIANTO (SMAN 1 SAMBIT )
3. RAUDHA FORTUNELLA (SMAN 2 MEJAYAN MADIUN)
4. SUCI YULIANAWATI (SMAN 1 SAMBIT)
5. HARIANI OKTAVIA DAMAYANTI (SMAN 1 BADEGAN)
6. NURDIANTI SITI RUKMANA (SMAN 1 PULUNG)
7. LINDA ROHKAYANI (SMAN 3 PONOROGO)
8. LENY AYU AGUSTIN (SMAN 1 SAMBIT )
9. NURDIAH ARIANTI (SMKN 2 PONOROGO)
10. NAHDIA QURROTA A'YUN (SMKN 1 PONOROGO)

FINALIS 10 BESAR CIPTA KARYA PUISI:
1. Dzaki A'la Muttaqien (SMAN 3 Ponorogo)
2. Nova Dwi Rahayu (SMK Ki Hajar Dewantara)
3. Nurul Rodiyah (SMAN 1 Badegan)
4. Candra Arif Rahman Hakim (SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo)
5. Isnana Ade Pratiwi (SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo)
6. Yeni Novita Sari (SMK PGRI 1 Ponorogo)
7. Anik Setiyaningrum (SMAN 1 Babadan)
8. Lathifah Mujahidah (SMAN 1 Pulung)
9. Ayun Haryati (SMAN 1 Pulung)
10. Ratri Widya Wulandari (SMAN 1 Pulung)

INFO SAYEMBARA CIPTA KARYA PUISI & CERPEN
Peserta finalis 10 besar Sayembara Cipta Karya puisi dan cerpen DIWAJIBKAN untuk mengikuti pertanggungjawaban karya besok pada; Jum'at 23-Agsts-2013 Pkl. 08.00 WIB.
Bagi peserta yang tidak hadir pada saat pertanggungjawaban dinyatakan GUGUR.
No. HP Panitia: Yeni Ulfi 082332833441 / Martina 089633111253


FINALIS 8 BESAR TIM DEBAT BAHASA INDONESIA

1. SMAN 1 PONOROGO "1"  "Surya Bagus M. dkk,"
2. SMK KI HAJAR DEWANTARA
3. SMAN 1 BADEGAN
4. SMAN 1 PULUNG
5. SMAN 1 PONOROGO "2" "Gestivia Hakim. dkk."
6. SMA MUHAMMADIYAH 3 PONOROGO "1"
7. SMA MUHAMMADIYAH 3 PONOROGO "2"
8. SMAN 1 PONOROGO "3" "Hanang, dkk."

INFO DEBAT BAHASA INDONESIA
Peserta finalis 8 besar tim debat DIWAJIBKAN untuk mengikuti Teknical Meeting besok pada; Jum'at 23-Agsts-2013 Pkl. 15.00 WIB. dan Sesi Debat akan dilaksanakan pada: Sabtu 24-Agusts-2013 Pkl 07.30 WIB.
Bagi peserta yang tidak hadir pada saat sesi debat, dapat dinyatakan GUGUR dengan Toleransi Waktu 15 MENIT.
No. HP Panitia: Latif 087758700200 / Nanang 089675857573


Ponorogo, 17 Agustus 2013
Ketua Panitia
Olimpiade Sastra Indonesia

ttd

Faridul Mustofa

23 Mei 2013

OLIMPIADE SASTRA INDONESIA 2013


 PENDAFTARAN DIPERPANJANG SAMPAI TANGGAL 31 JULI 2013

Fb: Himpunan Mahasiswa Penulis
Email : hmpstkip@ymail.com

PERSYARATAN DAN PANDUAN SAYEMBARA CIPTA PUISI & CERPEN
Bisa didownload disini http://www.4shared.com/file/aDg1tO3o/panduan_kegiatan_sayembara_cip.html
 
    Sayembara Puisi; pada sayembara puisi kali ini, panitia penyelenggara menggunakan "Budaya Remaja Cermin Masa Depan Bangsa" sebagai  tema pada lomba puisi kali ini. Dengan administrasi pembayaran 25.000/3 judul puisi untuk karya satu orang.
    Sayembara Cerpen; pada sayembara cerpen kali ini, panitia penyelenggara menggunakan "Budaya Remaja Cermin Masa Depan Bangsa" sebagai  tema pada lomba cerpen kali ini. Dengan administrasi pembayaran 25.000/1 judul cerpen untuk karya satu orang.

Bagi peserta yang masuk pada 10 besar, akan dihubungi Via No. Telp maupun Hp. Untuk selanjutnya mengikuti Sesi Pertanggungjawaban karya.

Memperebutkan: Tropy Juara 1, 2, 3, dan uang pembinaan (sayembara Puisi)
                           Tropy Juara 1, 2, 3, dan uang pembinaan (sayembara Cerpen)

Dewanjuri Puisi dan Cerpen: Drs. Sugianto, M.Pd (Penulis Nasional dan Dosen STKIP PGRI Ponorogo)
                                            Dra. Peni Nurhidajati, M.Pd (Penulis Nasional dan Dosen STKIP PGRI)
                                            Nurel Javissarqi (Sastrawan asal Lamongan)

PERSYARATAN DAN PANDUAN LOMBA DEBAT BAHASA INDONESIA
Bisa didownload disini http://www.4shared.com/file/AiYza3a6/panduan_kegiatan_debat_bahasa_.html

          Dengan menggunakan Tema "Revitalisasi Karakter Bangsa" peserta debat dituntut untuk membuat artikel dengan tema tersebut sebagai bahan seleksi pemilihan 8 besar peserta yang nantinya akan dipertemukan dengan perserta lain untuk melakukan sesi Debat, dengan memperdebatkan mosi yang telah disiapkan oleh panitia.

Memperebutkan: Tropy Juara 1, 2, 3, dan uang pembinaan.

PERSYARATAN PESERTA DIKLAT JURNALISTIK
Bisa didownload disini http://www.4shared.com/file/R7h8jyzm/panduan_kegiatan_diklat_jurnal.html

       Menghadirkan Penulis Tingkat Nasional yang memenangkan 3 kali berturut-turut lomba kepenulisan tingkat Nasional yaitu Dr. Sutejo, M.Hum (Penulis Nasional, Pendiri P2MP SPECTRUM, dan Motivator Kepenulisan)  yang khusus kami hadirkan untuk menghipnotik peserta Diklat Jurnalistik. Dengan tujuan agar setelah mengikuti diklat jurnalistik yang menyenangkan, peserta mampu menjadi penulis tingkat Nasional yang membanggakan.

FORMULIR PENDAFTARAN
Bisa didownload disini http://www.4shared.com/file/nJlGcPvA/formulir_olimpiade_sastra_2013.html

17 Mei 2013

ARTIKEL : Listening For Speaking


We are students in university (especially the students who take English major) of course have known that there are four skills which must be understood, such as: listening, speaking, reading, and writing. They are always related to the term of usage, but speaking is viewed by learners as the most elesirable skill in “face to face communication” in this globalization era. However,
  • What do you want to do before you can speak?
  • What does a child learn before he/she talk?
  • And what do we do before chatting?
Ok. Those questions are actually very simple. Though very simple but people mostly never think about it. They are so confused, what will they do if they can’t speak English yet. But it’s ok. Don’t worry here the writer will tell you, there is a good way you can do before you can speak. It’s very simple and easy.
Most of people are very astonish when they look people can speak English well. Sometimes the time would like to ask a question to the in selves. Why they can speak English well and why can’t? What’s a wrong?
A reality in our social life, people actually are very lazy to memorize vocabulary or grammar rules here as they are priority factor in speaking. We can imagine, if we understand about grammar but don’t understand about vocabulary or otherwise. Of course, it can cause people feel difficult  to speak English. So, what is the simple method and good way to practice speak English?
Listen, of course!
Naturally children begin listening to their parents when they are babies. They often greet, speak and admire without any response. We all realize although nobody understands whatever the babies understand with parents spoken words the process continues. Children automatically acquire such language over some times, and later gradually produce it through actual experience. The production may be incomplete at first but success full at last. That leads to speaking skill which is quite applicable to daily conversation. This fact,  almost  the same as people’s experience when they come to other countries and they don’t understand anything about the language in that place. By listening, paying attention to people speak and do action they will understand gradually by themselves.
In English listening, listening can help English speaking considerable. Although it is the first of all skill, it is neither the easiest nor the most meaningless. We need to hear various type of English repeatedly and continuously, of course if we want to communicate properly, meaning full and naturally.
Why is listening good?
Of course there are ways to learn speaking but why we use listening. There are many reasons to answer that questions.
  • When we are listening, we are reviewing a lot of English usage such as vocabulary, grammar rule, structures, intonation, accent, and our own interpretation.
  • We can learn new words and express by hearing them frequently
  • We can imitate what we hear and apply it with great confidence
  • It’s a good way to train our attention.
How can we listen for speaking?
As a citizen of Indonesia, of course we  seldom hear people speaking English in our daily life. But don’t worry, you can listen by many ways. Such as:
Listening English songs, may be from MP3; radio; VCD; HP; watch American movie, etc.
Listening carefully when lectures/teacher speaks English may be inside or outside of the class.
Listening carefully when native speaker or foreign speaks wherever we find them and they are conversing, etc.
After you listen, your keys are; understanding - memorizing - imitating - practicing in our daily life. We must realize that speaking is  a skill. If we always practice it continuously, speaking is very easy are you still in doubt?  Good luck to practice!


By: Putriana*  Mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo. Pendiri Himpunan Mahasiswa Penulis (HMP).
  

2 Mei 2013

MENCONTEK SAAT UN, Harus Dibasmi.




Oleh: Anik Mustikareni
 
D
ewasa ini, semakin banyak pelajar atau mahasiswa yang menjadikan sekolah sebagai sarana pencarian gelar dan gengsi belaka. “Gawe opo sinau sregep, sing penting suk yo lulus (buat apa belajar yang penting nanti juga bisa lulus)”, begitulah yang penulis ingat dari kata-kata seorang teman mahasiswa, mahasiswa PTS di Ponorogo beberapa waktu yang lalu.
Mungkin kita telah terbiasa dengan keadaan ini. Tidak adakah upaya yang seharusnya kita lakukan untuk mengubah? Berawal dari hal kecil ini dapat berdampak besar yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Kuman, misalnya, bila tidak segera dibasmi akan menimbulkan penyakit. Jika kita meminjam analog ini maka mencontek bias jadi adalah kuman pendidikan yang akan terus menggerogoti mutu pen-didikan di masa depan.
Budaya “mencontek” ini sudah menjadi tradisi di tingkat satuan pendidikan mana pun. Hal ini  banyak kita jumpai mulai dari satuan pendidikan yang rendah hingga jenjang yang lebih tinggi. Lalu apa gunanya ujian bila melihat semua itu guru hanya diam? Apa itu hanya cover ketuntasan belajar? Meski banyak yang menyadari, sulit rasanya mengubah keadaan ini. Guru saja, yang mengejar sertifikasi suka mencontek karya milik orang lain. Lalu, bagaimana yang terjadi dengan anak didik mereka? Apakah patut dipersalahkan jika anak didik mereka melakukan hal yang sama? Tentunya tidak, sebab dalam peribahasa kita sudah dikatakan, Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.
Tidak perlu diterangkan, semua yang mengenyam manisnya pendidikan tentu tahu dan paham apa itu mencontek. Bahkan mungkin masyarakat kita telah menyadari hal itu sebagai hal yang biasa. Mereka ber-anggapan bahwa hal itu sulit dihapuskan. Kejadian mencotek ini banyak ditemui dalam proses pembelajaran di kelas. Seorang guru sering melarang ketika murid-muridnya sedang mengikuti ujian, bahkan juga saat mengikuti UN. Para siswa sering memiliki aneka trik mencontek, diantaranya “mencontek di paha”, “mencontek fotocopy” skala kecil, dan yang paling tren mencontek via HP. Semakin banyak jenis mencontek tentunya itu sudah membuktikan semakin banyak pula penganut paham mencontek ini. Bisa jadi mencontek sudah menjadi candu. Seperti sabu-sabu, mencoba sekali akan ketagihan dan terus mengulanginya berkali-kali (Asyiik dech).
Beberapa kenyataan di atas meng-ingatkan kita betapa semakin terpuruknya pendidikan kita. Mengapa kuman pendidikan yang satu ini terus mewabah? Tentu banyak faktor yang mendorongnya untuk melakukan hal ini. Semakin bertambah saja pelajar dan mahasiswa kita yang tergiur untuk mendekati dan mencicipi kuman yang satu ini. Faktor apa sajakah yang mempengaruhinya? Berikut ini dikemukakan analisis kritis terkait dengan kemungkinan faktor-faktor yang menimbul-kannya.
Pertama, kebiasaan ikut-ikutan. Faktor ini disebabkan karena orang-orang yang berada disekilingnya menganut sistem mencontek dan jika tidak mengikutinya merasa diasingkan. Jika rasa percaya diri seseorang tidak kuat dengan pengaruh lingkungan tersebut, maka akan hanyut dalam kebiasaan tersebut. Sesuatu yang banyak akan menutupi sesuatu yang kecil. Seharusnya yang terjadi adalah bagaimana sesuatu yang kecil itu mampu merengkuh sesuatu yang besar tersebut. Melakukan kebaikan memang sulit, tak semudah melakukan keburukan.
Kedua, kurangnya rasa percaya diri seseorang. Perlunya guru menananamkan rasa percaya diri kepada  peserta didik sangat membantu untuk menjadikankan pribadi yang baik. Sekaligus mampu melawan kuman “mencontek”, bahkan hal itu merupakan wujud perlindungan guru terhadap peserta didiknya. Meskipun  selain faktor guru, faktor diri sendiri, orang tua dan lingkungan juga sangat mempengaruhi rasa percaya diri seseorang. Dengan adanya rasa percaya diri akan mematahkan godaan untuk mencontek.
Ketiga, karena faktor “MMT”: Malas, Mepet, dan Terpaksa. Ini salah satu faktor mencontek yang diungkapan beberapa teman pelajar. Memang benar ada sebagian yang berpikir  untuk apa harus belajar sedang ada hal mudah yang dapat kita lakukan yaitu dengan mencontek. Alasanya yang sering mereka kemukakan adalah karena  kegiatan yang bertumpuk dan kebiasaan tidak mau meluangkan waktu belajar. Padahal banyak diantara mereka menjadikan kegiatan itu  hanya untuk main-main saja, bukan untuk mengembangkan potensi dan kecerdasan sosialnya. Malahan mereka berpandangan dengan mempersiapkan segala sesuatu untuk mencontek sudah dianggap belajar. Misalnya, membuat contekan di kertas dengan ukuran tulisan yang kecil. Bukankah dengan begitu kita telah membaca dibarengi dengan kegiatan menulis? Itu sudah merupakan belajar tapi sayangnya arah filosofinya bukan pada tempatnya.
Ada yang menyatakan “seseorang yang membiasakan mencontek menyebabkan seseorang menjadi koruptor”. Ungkapan ini jika kita telaah lebih dalam memang benar. Mencontek adalah kebohongan. Dengan mencontek sama saja dengan membohongi diri sendiri. Kebohongan kecil adalah awal kebohongan besar. Kalau kita berani membohongi diri sendiri tentu akan memicu kita membohongi orang lain. Koruptor lahir dari kebohongan. Dengan tradisi memcontek, apakah kita mau melihat banyaknya koruptor di negara ini?
Ada anggapan orang yang pintar akan lebih pintar untuk mencontek. Meskipun kenyataan itu benar, tidak seharusnya mencontek semakin membudaya dengan alasan atau sebab apa pun. Pelajar dan mahasiwa tentu tahu belajar adalah sebuah kebutuhan. Jadi sudah seharusnya kita yang berada di perguruan tinggi memberi contoh kepada mereka yang berada di bawah kita. Bagi anda calon guru, ingatlah anak kita akan berkelakuan tak jauh berbeda dari apa yang kita lakukan. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Jauhkan dan lindungi diri kita dari kuman pendidikan! Tanamkanlah selalu kebajikan, suatu saat nanti akan tumbuh benih-benih anak bangsa yang bermutu, yang membawa kemajuan bagi negara ini.
Ada mungkin yang tidak setuju dengan berbagai pernyataan yang telah dikemukakan sebelumnya. Namun, kesadaran itu penting, “bukankah mencegah lebih baik dari pada mengobati?begitulah semboyan kesehatan yang sengaja penulis pinjam untuk bidang pendidikan. Mungkin kita berpandangan telah terlambat melakukan pencegahan sedangkan yang kita butuhkan adalah pengobatan atas penyakit yang ditimbulkan oleh kuman-kuman pendidikan.
Tetapi untuk tunas-tunas pendidikan ke depan, ada baiknya kita terus tanamkan upaya pencegahan ini secara berkelanjutan. Meskipun, kuman-kuman pendidikan itu telah tersebar kemana-mana perlu banyak cara yang kita lakukan agar kuman-kuman itu segera dapat kita basmi. Oke? Mengapa? Agar kita bisa melihat kesehatan pendidikan kita pulih dan menjadi lebih baik di masa depan! No kuman……..No Mencontek  …………!

*Penulis adalah Mahasiswa PBSI A Angkatan 2008 R